Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2024

Keluarga Kedua

Gambar
Sudah genap dua bulan kami tinggal di rumah ini, setelah Ayah dipindahtugaskan oleh kantor pusat ke kantor cabang yang berada di pedalaman sebuah kota yang berbeda dengan kota yang sebelumnya kami tinggali. Pada waktu Ayah memberitahukan rencana kepindahan itu, Ibu-lah yang paling antusias dengan itu, mungkin karena sudah hampir dua puluh tahun lamanya ia tinggal menetap di perkotaan yang suasananya terlalu ramai namun bersifat individual. Jadi mungkin ia merasa sangat merindukan suasana pedesaan yang lebih tenang, damai dan kekeluargaan. Namun, hal itu diluar angan-angan Ibu, sebab suasana di tempat kami tinggal sangatlah sepi, terutama ketika malam. Rumah-rumah penduduk juga lumayan jauh dari rumah dinas yang kami tempati. Sebenarnya rumah yang kami tinggali ini bukanlah rumah dinas yang direkomendasikan oleh kantor lama Ayah. Namun oleh kantor barunya, Ayah dialihkan ke rumah ini dengan pertimbangan jaraknya lebih dekat dengan kantornya yang sekarang itu. Sebenarnya rumah ini tam...

Lenyap Bersama Tenggelamnya Senja

Gambar
  Semilir angin meresonansi lewat dersik-dersik reranting pohon mangga lantas menelusup masuk ke dalam ruang-ruang batin. Lamat-lamat ia menghirup nafas-nafas tanaman di sekitarnya berkali-kali, memang tak ada yang secandu aroma tanah ketika mendung sukar untuk ditolak kedatangannya. Ah! benar saja sore ini, sudah memasuki September akhir, tandanya sebentar lagi akan musim hujan. Udara mulai sedikit menggigilkan tengkuk, terkadang gencar mengadu domba gorden-gorden rumah yang melambai-lambaikan kerisauan. September memang pandai mengaduk perasaan, membuat dun-daun yang menua menjadi resah begitupun juga dengan perasaan gadis yang duduk di sebuah bangku panjang bersama sesosok pria yang sangat ia kenali perangainya. Namun, lagi lagi ia tak berani menatap langsung wajah pria yang pernah ia puja. Karena ia merasa terlalu lancang untuk mengamati raut-raut di wajah pria itu.  Tidak dengan daun-daun sudah mulai berguguran memenuhi bangku tua yang sedang mereka duduki bersama, bagi g...

A Glimpses of Us

Gambar
Recreate from EN-Drama Series           Bagi lelaki bermata elang itu, bangun pagi masih menjadi musuhnya. Jadi sudah tidak heran kalau terlambat datang ke sekolah sudah menjadi kesehariannya. Dan untuk mengindari hukuman dari guru BK, Jay selalu menggunakan keahliannya untuk melompati tembok samping gedung sekolahnya. Bahkan hari itu pun sama dengan sebelum-sebelumnya, ia selalu dan sepertinya akan terus menggunakan jalur dan cara yang sama. Namun sialnya, hari itu kerah belakang bajunya tersangkut pada ranting pohon Bugenville yang berada di sekitar tembok itu. Karena memang sifatnya yang tidak sabaran, ia pun menarik paksa ranting itu agar terlepas dari kerah bajunya, namun ketidakseimbangan tubuhnya yang menyebabkan dirinya terpleset dan akhirnya jatuh ke tanah.            Dan seperti kesialan terus bertubi-tubi pada waktu yang sama, peristiwa memalukan itu disaksikan oleh seorang teman satu kelas sekaligus gadis yang ia taksir...